2014, Prospek Bisnis Properti Kelas Bawah Menjanjikan

0
4

KonsPro (20/1), JAKARTA – ASOSIASI Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengungkapkan proyeksi bisnis properti tahun ini secara umum memang mengalami perlambatan. Namun tidak demikian terhadap rumah untuk kalangan kelas bawah atau subsidi.

Ketua Umum DPP Apersi, Eddy Ganefo, mengatakan tingginya prospek pertumbuhan bisnis properti untuk rumah subsidi itu karena didorong oleh tahun pemilu. Sehingga permintaan perumahan subsidi ini cukup tinggi.

 

“Kami melihat, prospek bisnis properti 2014 itu untuk rumah bawah atau subsidi akan terjadi percepatan karena di tahun politik atau pemilu permintaan rumah ini tetap tinggi,” kata Eddy dalam paparannya di acara Outlook Ekonomi dan Tantangan 2014 dengan tema Tantangan Ekonomi 2014 dan Prospek Investasi Surat Utang Perumahan di Graha Niaga Sudirman, Jakarta, Senin (20/1).

 

Berbeda dengan propek bisnis properti kelas bawah yang tetap kencang pertumbuhannya di tahun politik ini, lanjutnya, justru di sekmen rumah menengah atas masih akan mengalami stagnan atau cenderung menunggu dan rumah menengah cenderung menunggu meski tetap jalan.

“Jadi prospek bisnis properti tahun ini untuk rumah mewah akan terjadi perlambatan, dan rumah menengah akan terjadi sedikit perlambatan,” ujarnya.

Lebih lanjut Eddy menyatakan, faktor yang mempengaruhi bisnis properti tahun ini adalah suku bunga SBU 7,5% yang naik 175 basis poin, lalu aturan peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang loan to value (LTV). Selain itu, kata dia, pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat juga mempengaruhi, selain tahun politik itu sendiri.

“Jadi kebijakan yang ada karena kekhawatiran pemerintah akan terjadinya bubble property sehingga BI mengambil langkah dengan pengetatan KPR, sehingga terjadi perlambatan kenaikan harga properti khususnya menengah atas,” jelasnya.

Dia memaparkan, data backlog perumahan tahun 2010 sebanyak 13,6 juta. Sedangkan kebutuhan rumah per tahun 700 unit, lalu kemampuan supply 300 ribu unit, dan backlog per tahun 400 ribu unit, serta backlog saat ini 15 juta unit. (Ipotnews )